Rabu, 30 Mei 2012

Kambing Terbang, Alamat Palsu dan Sakit Jiwa (2)


(Tanggapan untuk Katamsi Ginano)

Dalam “Sarkasme ‘Kasian Deh, Lu….’ (RT, 30/5)” Membaca itu jelas saya tertawa terbahak. Bahkan hingga terguling-guling. Tulisan itu semakin memperjelas posisi Katamsi. Yang paling membosankan dari si jelek ini; kecenderungannya untuk tak tahu diri dan tak tahu malu. Tak sadar diri bahwa orang-orang disekitar mulai jijik dan muak dengan segala omongannya. 

Apa substansi dari artikel itu? Masih sama. Caci maki dan congkak luar biasa hebat. Yang membaca itu, dipastikan mules dan muntah. Sementara Katamsi jelas tak tersadar dengan itu. Kenapa ada mahluk jelek se sombong ini? Saya tak pernah melarang Katamsi untuk congkak. Apalagi itu memang sifat lahiriahnya dia. Tapi sadarkah Katamsi, apa yang dia omongkan hanya menjadi bahan tertawaan dan ejekan orang banyak.

Pertama, mengenai tulisan “Terantuk Bongkahan Congkak (RT, 28/5)” adalah suatu kelucuan jika pening dengan tulisan sendiri. Saya tak se idiot Katamsi. Orang-orang tentu membaca sambil menafsir dan nilai. Di situ pun sudah saya tuliskan, yang mengancam pidana dan perdata hanya “banci pengecut.” Saya ingin melihat siapa “banci pengecut” itu? Saya atau Katamsi? Untuk memeriksakan kewarasan dan jenis kelamin ke dokter. Tanyakan saja ke seluruh rakyat Bolmong Raya. Kita voting saja. Siapa yang lebih pantas. Saya malah mulai yakin. Anda tak hanya idiot. Tapi sakit jiwa dan pemilik kelamin ganda.

Kedua, untuk akun email saya. Saya sudah menjawab itu. Kecanggihan teknologi bisa menunjuk muka orang. Tapi sebenar-benarnya konseptor bisa beda. Karena saya debat dengan bebal begundal yang teramat idiot. Dimaklumi saja. Stilistika tak selamanya menjamin identiknya sebuah tulisan. Atau anda memang hanya sekelas Kogoro Mouri—Richard Moore versi inggrisnyadalam serial Komik Detektif Conan, ciptaan Gosho Aoyama. 

Sebenar-benarnya yang telah sobek entry “malu” dan “beradab” dalam kamus hidup. Kenapa tak anda tanyakan ke seluruh orang, sambil berkaca di cermin dunia. Bukankah yang tak punya malu itu anda. Menista orang se akan kesempurnaan adalah hak anda. Pun tak beradab, jelas menunjuk hidung anda. Yang suka mencaci orang siapa? “ba kaca bae-bae kwa ehhh!

Ketiga, poin yang ingin saya sampaiakan. Di “Terantuk Bongkahan Congkak” sudah saya tulis. Tapi karena anda idiot bebal tak tahu diri. Saya masih maklumi. Adakah ide-ide yang anda tuliskan dalam cacian panjang itu? Yang mana? Buat apa iri hati dan dengki pada orang yang jelas-jelas “sakit jiwa!”
Saya sudah menuliskan se jelas-jelasnya. Bahwa saya bukan siapa-siapa dan tak ingin menjadi siapa-siapa. Hidup sederhana saja sudah syukur.

Sisa lanjutanya teramat jelas. Masyarakat Bolmong Raya semakin tahu roman kesembongan yang luar biasa hebat. Orang banyak akan mengumpat "seseek ahhh! Makang puji." Tapi orang sakit jiwa kan tak peduli. Kalau anda se benar-benarnya memposisikan diri sebagai “abo.” Dan anda berdiri tepat di depan saya. Dipastikan, saya akan memuntahi wajah jelek anda. Sebab yang ada di batok kepala anda hanya caci maki,  gabungan dari sampah, cacing pita, mentalitas teramat busuk dan rusak parah.#     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar