(Tanggapan untuk Katamsi Ginano)
Apa substansi dari artikel itu? Masih sama. Caci maki dan
congkak luar biasa hebat. Yang membaca itu, dipastikan mules dan muntah.
Sementara Katamsi jelas tak tersadar dengan itu. Kenapa ada mahluk jelek se
sombong ini? Saya tak pernah melarang Katamsi untuk congkak. Apalagi itu memang
sifat lahiriahnya dia. Tapi sadarkah Katamsi, apa yang dia omongkan hanya menjadi
bahan tertawaan dan ejekan orang banyak.
Pertama, mengenai tulisan “Terantuk Bongkahan Congkak (RT, 28/5)” adalah suatu kelucuan jika pening
dengan tulisan sendiri. Saya tak se idiot Katamsi. Orang-orang tentu membaca
sambil menafsir dan nilai. Di situ pun sudah saya tuliskan, yang mengancam
pidana dan perdata hanya “banci pengecut.” Saya ingin melihat siapa “banci
pengecut” itu? Saya atau Katamsi? Untuk memeriksakan kewarasan dan jenis
kelamin ke dokter. Tanyakan saja ke seluruh rakyat Bolmong Raya. Kita voting saja. Siapa yang lebih pantas. Saya
malah mulai yakin. Anda tak hanya idiot. Tapi sakit jiwa dan pemilik kelamin
ganda.
Kedua, untuk akun email saya. Saya sudah menjawab itu.
Kecanggihan teknologi bisa menunjuk muka orang. Tapi sebenar-benarnya konseptor
bisa beda. Karena saya debat dengan bebal begundal yang teramat idiot.
Dimaklumi saja. Stilistika tak selamanya menjamin identiknya sebuah tulisan.
Atau anda memang hanya sekelas Kogoro Mouri—Richard Moore versi inggrisnya—dalam serial Komik Detektif Conan,
ciptaan Gosho Aoyama.
Sebenar-benarnya yang telah sobek entry “malu” dan “beradab”
dalam kamus hidup. Kenapa tak anda tanyakan ke seluruh orang, sambil berkaca di
cermin dunia. Bukankah yang tak punya malu itu anda. Menista orang se akan
kesempurnaan adalah hak anda. Pun tak beradab, jelas menunjuk hidung anda. Yang
suka mencaci orang siapa? “ba kaca
bae-bae kwa ehhh!”
Ketiga, poin yang ingin saya sampaiakan. Di “Terantuk Bongkahan
Congkak” sudah saya tulis. Tapi karena anda idiot bebal tak tahu diri. Saya
masih maklumi. Adakah ide-ide yang anda tuliskan dalam cacian panjang itu? Yang
mana? Buat apa iri hati dan dengki pada orang yang jelas-jelas “sakit jiwa!”
Saya sudah menuliskan se jelas-jelasnya. Bahwa saya bukan
siapa-siapa dan tak ingin menjadi siapa-siapa. Hidup sederhana saja sudah
syukur.
Sisa lanjutanya teramat jelas. Masyarakat Bolmong Raya
semakin tahu roman kesembongan yang luar biasa hebat. Orang banyak akan
mengumpat "seseek ahhh! Makang puji."
Tapi orang sakit jiwa kan tak peduli. Kalau anda se benar-benarnya memposisikan
diri sebagai “abo.” Dan anda berdiri tepat di depan saya. Dipastikan, saya akan
memuntahi wajah jelek anda. Sebab yang ada di batok kepala anda hanya caci
maki, gabungan dari sampah, cacing pita,
mentalitas teramat busuk dan rusak parah.#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar